Dauroh Dirosah Islamiyah MHTI Malang Raya

IMG_0482Malang – Ahad (19/4), Lajnah Khas Ustadzah dan Mubalighah (LKUM) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Malang Raya mengadakan acara Dauroh Dirosah Islamiyah. Acara yang bertempat di Pondok Pesantren Darul Falah Kepanjen ini mengangkat tema “Feminisme Menghancurkan Perempuan dan Keluarga”.

Sebagaimana disampaikan oleh ustadzah Irsyada dalam sambutannya, bahwa saat ini kaum feminis begitu gencar menyerukan kesetaraan gender antara kaum perempuan dan laki-laki. Menurutnya, ide kesetaraan gender ini sangat berbahaya dan dapat mengancam perempuan dan keluarga.

“Kaum muslimin haruslah memahami bagaimana posisi perempuan yang sesungguhnya di dalam Islam agar tidak terjebak oleh ide feminisme tersebut”, ungkapnya. Baca lebih lanjut

Antara Kemiskinan dan ‘Khilaf’ Orang Tua

Beberapa waktu lalu, Kabupaten Malang khususnya daerah Wagir dihebohkan dengan kasus pembunuhan seorang anak oleh ayahnya sendiri. Anak yang masih berusia 7 tahun dipukul oleh ayahnya sendiri dengan menggunakan bambu hingga meninggal dunia. Sang ayah yang baru pulang dari sawah rupanya tak kuasa mengendalikan emosinya saat melihat kedua anaknya bertengkar rebutan baju. Ia pun segera mengambil bambu yang kemudian digunakannya untuk memukuli anak-anaknya. Salah satu dari kedua anaknya dipukuli hingga berdarah dan hilang nyawa. Ketika sang ayah dimintai keterangan oleh polisi, ia mengaku telah khilaf.

Fenomena orang tua yang membunuh anaknya ini bukanlah hal baru. Banyak kasus serupa yang terjadi di negeri ini. Alasannya pun bermacam-macam. Ada yang emosi, ada juga yang terpaksa karena tak mampu membiayai anak-anak mereka. Namun, satu alasan yang biasa terlontar, khilaf.

Dalam kondisi normal, rasanya tidak mungkin orang tua sampai lupa (khilaf) terhadap anaknya sendiri hingga tega membunuhnya. Namun dalam kondisi saat ini, ternyata kekhilafan tersebut bisa saja terjadi, bahkan telah menjadi fenomena yang sering terjadi di tengah masyarakat. Sonia Wibisono, dokter yang aktif dalam kegiatan penyuluhan pencegahan kasus KDRT di Indonesia, pernah mengungkapkan bahwa kemiskinan dan minimnya pendidikan yang dimiliki oleh orang tua diindikasikan sebagai salah satu penyebab munculnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Baca lebih lanjut

Remaja, Tanggungjawab Keluarga Hingga Negara

Pengajian Akbar MalangMalang – Puluhan ibu-ibu menghadiri acara Pengajian Akbar Bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Malang, pada Ahad (22/2). Acara yang bertempat di Aula Kecamatan Blimbing Malang ini mengangkat tema “Remaja Kita dalam Ancaman Liberalisme”. Dalam acara ini hadir dua orang pembicara dari Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Malang, yaitu ustadzah Muthi’ah dan ustadzah Kholishoh Dzikri.

Materi pertama tentang generasi dalam ancaman liberalisme disampaikan oleh ustadzah Muthi’ah. Dalam penjelasannya, ustadzah Muthi’ah menggambarkan fakta-fakta kondisi generasi saat ini yang sangat memprihatinkan. Di mana para remaja banyak disuguhi program ataupun bacaan-bacaan yang mengarah pada kebebasan bertingkah laku (liberalisme). Misalnya, adanya pekan kondom nasional yang justru melegalkan seks bebas. Selain itu, adanya bacaan yang mengajarkan remaja untuk mesum, seperti buku yang berjudul ‘Saatnya Aku Belajar Pacaran’, yang dibiarkan beredar di pasaran dan dijual secara umum.

“Bahkan, sekolah yang seharusnya menjadi tempat pendidikan bagi remaja, justru diajarkan pacaran sehat”, ungkapnya miris. Baca lebih lanjut

Muslim Youth Movement Malang: Remaja Muslim Tak Cukup Prestasi Dunia

IMG_0016Malang- Lebih dari seribu orang muda-mudi berjejal memadati ruangan tertutup di Taman Krida Budaya Malang, pada Ahad (8/2). Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa Timur untuk menghadiri sebuah acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Jawa Timur, yaitu Muslim Youth Movement (MY Movement) 2015. Ini merupakan acara yang diperuntukkan bagi remaja Muslim, dan diadakan di 40 Kota/Kabupaten di Indonesia.

Ribuan siswa dan siswi yang hadir dalam acara MY Movement ini tidak hanya berasal dari daerah Malang, tetapi juga dari daerah lain, seperti Surabaya, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Blitar, Trenggalek, Banyuwangi, Jember, Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Batu, Pasuruan Kota, Bangil, Gonta, Probolinggo, Kraksan, Lumajang, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Gresik, Lamongan, Bojonegoro, dan Tuban. Selain siswa-siswi, juga tampak beberapa guru dan orang tua siswa yang turut hadir dalam acara. Baca lebih lanjut

ICMS Malang Raya: Ganti Sistem Sekuler dengan Sistem Islam!

Malang- Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi jalanan Indonesia Congress of Muslim Students (ICMS) di sepanjang jalan Veteran Malang, Ahad (19/10). Aksi yang mengangkat tema “We Need Khilafah, Not Democracy and Liberal Capitalism” ini, diikuti oleh sekitar 500 mahasiswa dari kampus se-Malang Raya, yang meliputi Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Kanjuruhan, Universitas Widyagama, Institut Teknologi Nasional (ITN), dan lain sebagainya. Aksi ini merupakan rangkaian dari acara ICMS yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di 73 kota di Indonesia.

Dalam aksi ini, ada lima perwakilan mahasiswa yang menyampaikan orasi politik di panggung ICMS. Orasi pertama disampaikan oleh Andi, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB, dengan judul orasi “Khilafah Kepemimpinan yang Adil Menggantikan Penguasa Demokrasi yang Khianat dan Korup”. Dalam orasinya, Andi menjelaskan bahwa sistem demokrasi yang diterapkan di negeri ini pada hakikatnya berasal dari kalangan Yahudi yang mengingkari syariat Allah SWT. Sehingga penerapan sistem demokrasi ini justru menyebabkan keterpurukan umat Islam di segala lini.

“Sistem demokrasi telah melahirkan negara yang dikontrol oleh korporasi, yang ciri utamanya adalah lebih melayani kepentingan pengusaha (bisnis) daripada urusan rakyat,” ungkapnya. Baca lebih lanjut

Open House MHTI Malang Raya: Intelektual Bangkit Bangun Peradaban Islam

Peserta antusias bertanyaMalang– Sabtu (25/1), Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Malang Raya menggelar acara Open House Hizbut Tahrir. Tema yang diangkat dalam acara ini adalah “Peran dan Tanggung Jawab Intelektual Muslim dalam Membangun Peradaban Islam”. Acara yang bertempat di Rumah Makan Ringin Asri Malang ini dihadiri oleh puluhan intelektual Muslim se-Malang Raya, yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Pascasarjana. Acara ini diharapkan mampu menyatukan potensi intelektual Muslim serta melanjutkan semangat perubahan yang telah didapatkan dari forum Jakarta International Conference of Muslim Intellectuals (JICMI), yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia pada 14-15 Desember 2013 lalu.

Acara Open House ini diawali dengan pembukaan oleh Ketua Lajnah Khusus Intelektual (LKI) DPD II Malang, Ella Saparianti, S.TP, M.P. Dalam sambutannya, dosen Universitas Brawijaya ini mengingatkan akan pentingnya kontribusi intelektual dalam membangun generasi masa depan. Baca lebih lanjut

Hizbut Tahrir Serukan Tolak Obama

Malang – Minggu (7/11), ratusan massa yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia, tumpah ruah membanjiri jalanan. Massa melakukan aksi damai dengan berjalan mulai dari depan kantor Bakorwil hingga alun-alun kota Malang. Aksi ini dilakukan untuk menolak kedatangan Barrack Obama ke Indonesia. “Obama tak pantas kita terima,” demikian sepenggal kalimat yang diteriakkan dalam aksi tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, presiden negeri Paman Syam tersebut dijadwalkan akan mengunjungi tanah air pada 9 – 10 November mendatang. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka penandatanganan kemitraan komprehensif, yaitu kerjasama bilateral yang bersifat jangka panjang antara AS – Indonesia. Kerjasama ini dinilai akan merugikan Indonesia, mengingat posisi kedua negara yang tidak sejajar. AS adalah negara adidaya, sedangkan Indonesia adalah negara berkembang. Hal ini dapat menjadi lampu hijau bagi AS untuk menguras kekayaan alam Indonesia, seperti yang telah dilakukannya pada Freeport dan ExxonMobile. Adanya kemitraan komprehensif ini justru akan menguatkan cengkeraman AS di Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai mitra yang sejalan dengan kepentingan AS.

Massa Hizbut Tahrir menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk turut menolak rencana kedatangan Obama yang bertepatan dengan Hari Pahlawan tersebut. “Pada tanggal 10 November 1945, Bung Tomo mengusir penjajah dengan meneriakkan takbir. Jangan sampai pada Hari Pahlawan nanti pemerintah justru mendatangkan penjajah (Obama, red) ke negeri  ini! Sungguh, Obama tak layak menginjakkan kaki di bumi Indonesia ini,” teriak salah satu orator, disusul teriakan takbir dari ratusan peserta aksi. Baca lebih lanjut