It’s Me

 

Rizki Amelia Kurniadewi, adalah nama yang disematkan oleh kedua orang tua saya. Sejak tanggal 25 Januari 1989, saya terlahir di dunia menjadi seorang manusia, seorang hamba yang lemah. Saya bahkan sudah tidak lagi mampu mengingat apa yang terjadi saat saya pertama kali dilahirkan dulu. Itulah salah satu bukti betapa saya ini sangat lemah. Saya hanya membayangkan, ketika saya dilahirkan dari rahim ibu saya dulu, di sana ada bapak yang setia menemani, juga ada mas yang dengan riangnya menyambut hadirnya adik baru. Sudahlah, saya tidak meragukan lagi kasih sayang keluarga saya, bapak, ibu, dan mas. Mereka adalah pahlawan dan harapan bagi saya. Ketika saya hampir berputus asa, mereka menguatkan. Ketika saya bercita-cita, mereka memberikan dukungan dan doa. Saya menyayangi mereka, dan mereka pun menyayangi saya.

Saya dan mas hanya terpaut usia empat tahun. Kami berulang tahun pada bulan yang sama. Sehingga tak jarang saat kecil dulu bapak dan ibu menjadikan satu perayaan ulang tahun kami. Saat SD, kami bersekolah di sekolah yang sama. Tetapi saat beranjak SMP dan SMA, kami berbeda sekolah. Ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SMP, mas telah lulus SMA. Mas kemudian melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada jurusan Seni Murni – FSRD. Sejak mas kuliah di luar kota, saya sendirian di rumah. Sepi, tak ada yang bisa diganggu lagi. Saya merindukannya. Apalagi mas sangat jarang pulang karena jarak yang sangat jauh.

Loh, kok malah curhat…..???

Perkenalkan, saya adalah calon JURNALIS IDEOLOGIS. Suatu hari, untuk ke sekian kalinya saya menunjukkan proposal hidup saya kepada guru (musrifah). Saat itu saya sedang menunaikan praktik kerja nyata di daerah yang tidak jauh dari kampung halaman saya di Nganjuk. Di sanalah pertama kalinya saya mendapatkan dukungan dan motivasi yang luar biasa dari seorang guru yang sudah saya anggap sebagai kakak sendiri. Beliau bahkan sangat yakin bahwa suatu hari saya akan bisa mewujudkan impian hidup saya yang tercantum di dalam proposal hidup. Kemudian saya mendapatkan nama pena darinya. Zakiya El Karima, itulah nama indah yang diberikannya kepada saya. Terkait proposal hidup saya, bisa kalian baca di buku “Kiat Dahsyat Menjadi Da’i Hebat”, karya Faqih Syarif. Semoga bermanfaat.

Sejak SD hingga SMA, saya sangat menyukai pelajaran Matematika. Ini mungkin “turunan” dari Bapak saya. Karena kedua orang tua saya guru, maka setiap hari mereka selalu meluangkan waktu untuk membimbing saya belajar. Akhirnya saya pun tumbuh menjadi anak yang rajin. Saya selalu mengerjakan tugas sekolah. Saya juga punya satu prinsip yang saya anut sejak SD hingga sekarang, yaitu tidak mau menyontek saat ujian. Saya lebih percaya dan lebih puas dengan jawaban saya sendiri, daripada jawaban orang lain. Akibat prinsip ini, tidak sedikit teman yang menganggap saya sombong dan egois, karena saya juga sangat sulit dimintai contekan.

Saat kecil dulu, saya bercita-cita untuk menjadi Astronot. Alasannya cuma satu, KEREN, bisa jalan-jalan ke bulan. Seiring bertambahnya usia, saya pun berganti impian. Saat SMA, saya bercita-cita menjadi ilmuwan, yang setiap hari melakukan penelitian di laboratorium. Alasannya juga satu, SERU, bisa meneliti dan menghasilkan suatu penemuan baru. Karena itulah, akhirnya saya memilih jurusan IPA saat SMA. Saya juga bercita-cita untuk kuliah di daerah yang dekat dengan pegunungan. Dulu, saya sangat terobsesi dengan sebuah kampus di Bogor. Namun, entah ada angin apa, akhirnya saat benar-benar sudah lulus SMA, saya lebih memilih untuk kuliah di kota Malang. Hal itu dikarenakan ibu yang hanya mengijinkan saya kuliah di dua daerah, Malang atau Surabaya. Otomatis, kota Malang lah yang saya pilih. Saya ingin mengembangkan minat non-akademik saya, yaitu menulis. Maka jurusan Ilmu Komunikasi menjadi pilihan terakhir saya.

Sejak tahun 2007, saya menjadi mahasiswi Universitas Brawijaya Malang jurusan Ilmu Komunikasi – FISIP. Mulai saat itulah, cita-cita saya berubah untuk ke sekian kalinya. Saya tidak lagi ingin menjadi Astronot yang keren, juga tidak berminat menjadi Ilmuwan yang seru. Akhirnya, saya telah menentukan pilihan untuk menjadi seorang JURNALIS yang HEBAT! Inilah pilihan hidup saya, sekarang dan selamanya. Insyaallah. Impian hidup ini saya bingkai dalam satu jargon:

CERDASMEDIA (Cermat dalam Analisis Media). Jadilah jurnalis ideologis, atau massa yang kritis!

 

Saran atau informasi, kirim ke: zakiyaelkarima@gmail.com

 

 

8 thoughts on “It’s Me

Tinggalkan komentar