Kado Terindah

“Jika setelah menikah nanti harapan untuk segera memiliki keturunan belum terwujud, apa yang akan dilakukan?” tanyaku.
“Ikhtiar dengan konsultasi ke ahli dan berdo’a.” jawabnya.

Begitulah salah satu pertanyaan yang kuajukan kepada suami saat proses ta’aruf dulu. Aku sudah lupa, kenapa dulu aku mengajukan pertanyaan itu. Bahkan, setelah menikah pun aku sudah tidak mengingat-ingat lagi pertanyaan-pertanyaan ta’aruf itu.

Agustus 2015 kami menikah. Sungguh tidak pernah terbayangkan sebelumnya, menikah dengan orang yang berasal dari daerah yang sama. Namun, siapa sangka, ternyata setelah menikah kami justru tinggal di perantauan yang jauh dari kampung halaman. Ya, seminggu setelah menikah, suamiku mengajakku tinggal di Kalimantan. Bukan di kotanya, melainkan di pelosok hutan sawit. Itu karena sebelumnya memang suamiku telah bekerja di sana.

Baca lebih lanjut

7 Keajaiban Rezeki

(Disampaikan oleh Ippho Santosa dalam Seminar Online pada Ahad, 31 Mei 2020)

Otak manusia terdiri atas otak kanan dan otak kiri. Selama ini kebanyakan yang sering diasah adalah otak kiri. Padahal ternyata otak kanan memiliki potensi yang jauh lebih besar, terutama untuk mengembangkan usaha. Cara berpikir otak kiri diantaranya: harus punya modal dulu baru buka usaha, harus punya keahlian dulu baru melakukan sesuatu, harus kaya dulu baru sedekah, harus mapan dulu baru menikah, dan lain sebagainya.

Hal ini berbeda dengan otak kanan yang memiliki cara berpikir lebih bebas, fleksibel, kreatif, inovatif, dan punya impian besar. Sehingga menurut otak kanan, untuk memulai usaha itu tidak perlu menunggu punya modal besar dulu, sedekah tidak perlu menunggu kaya, melakukan sesuatu tidak perlu berurutan. Cara berpikir otak kanan inilah yang harus ada di dalam diri seorang pengusaha. Maka, jika kita ingin menjadi pengusaha, cara berpikir kita harus dominan di otak kanan. Otak kanan akan memandang apapun bisa berpeluang untuk dijadikan usaha, asalkan tetap memperhatikan dua hal yaitu legal dan halal.

Baca lebih lanjut

Tips Jalani Ramadhan di Saat Wabah

Ramadhan kali ini memberikan suasana yang berbeda dari Ramadhan sebelum-sebelumnya. Pasalnya, Ramadhan tahun ini harus kita jalani di tengah kondisi wabah yang sedang melanda. Tak hanya di Indonesia, nyaris di seluruh dunia juga merasakannya. Biasanya, Ramadhan selalu lekat dengan suasana kebersamaan. Ngabuburit bersama teman satu geng, berburu takjil di kajian-kajian, berbuka bersama keluarga, shalat tarawih berjama’ah di masjid, hingga i’tikaf di sepuluh malam terakhir.

Baca lebih lanjut

Raih Keutamaan Bulan Suci di Tengah Pandemi

Oleh : Rizki Amelia K., S.I.Kom.

Wabah pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, cukup menjadi momok yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Bukan hanya karena sifat virusnya yang cepat menyebar dan menimbulkan kematian, melainkan juga karena dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dari adanya wabah ini. Sebagaimana kita ketahui, sejak adanya wabah Covid-19, pemerintah segera mengambil langkah untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Di antaranya dengan menerapkan kebijakan WFH (work from home) bagi pegawai atau karyawan, dan SFH (study from home) bagi pelajar dan mahasiswa.

Baca lebih lanjut

Menyempurnakan Syukur

Alhamdulillah pagi ini kita masih dibangunkan oleh Allah setelah semalaman beristirahat. Itu artinya Allah masih ijinkan kita untuk menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Alhamdulillah, berarti kita masih punya kesempatan untuk beribadah dan beramal shalih, mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang lebih kekal nanti.

Terkadang nikmat sekecil ini lupa untuk kita syukuri. Nikmat kesehatan, mata masih bisa melihat, mulut masih bisa mengucap, hidung masih bisa untuk bernafas, telinga masih bisa mendengar, seluruh anggota tubuh masih bisa digerakkan dan berfungsi normal. Itu adalah nikmat kecil dari Allah yang tak boleh lupa untuk kita syukuri setiap hari.

Baca lebih lanjut

Menjalin Kepedulian dengan Allah

Pagi ini mendung. Hanya sesekali sinar mentari menyebarkan hangatnya. Walau begitu, aku tetap mencuci baju. Kadang ketika cuaca mendung, orang lebih memilih untuk menunda mencuci baju. Tapi bagiku, jemuran baju tak selalu bergantung pada sorot sang surya. Masih ada sang bayu yang siap membelai lembut baju-baju itu hingga kering. Walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya.

Hebat ya Allah? Maha Tahu banget urusan manusia. Cuma untuk urusan mengeringkan jemuran saja, ternyata Allah sudah menyiapkan matahari dan angin untuk saling melengkapi. Coba kalau tidak ada matahari dan angin. Mungkin kita tak akan sanggup menghadapi kehidupan ini.

Kalau kita renungkan lagi, siapa sih sebenarnya yang paling peduli sama kita? Yang setiap saat bisa membantu menyelesaikan urusan kita. Orang tua, pasangan, keluarga atau sahabat? Mereka bisa jadi memang peduli sama kita, tapi ada kalanya dalam kondisi tertentu mereka menjadi tidak peduli dengan kita.

Baca lebih lanjut

Fenomena Hijrah Kaum Milenial

Oleh: Rizki Amelia Kurnia Dewi, S.I.Kom. (Anggota Komunitas Sahabat Shalihah Bojonegoro)

Gelombang Hijrah dan Respon Masyarakat

Di tengah situasi tahun politik yang panas akhir-akhir ini, muncul fenomena arus hijrah yang luar biasa dari kalangan generasi milenial. Puluhan komunitas hijrah mulai bermunculan dan disambut antusiasme para pemuda pemudi milenial. Mulai dari komunitas yang berlevel nasional hingga yang berlevel lokal. Bahkan, ada juga komunitas hijrah yang dibentuk oleh para artis dan selebritis. Komunitas tersebut beranggotakan banyak artis tenar yang telah berhijrah. Selain banyaknya komunitas, fenomena hijrah kaum milenial ini juga didukung oleh banyaknya event-event hijrah yang diselenggarakan.

Baca lebih lanjut

Generasi Muda dalam Jeratan Kapitalisme Liberal

Pemuda adalah tonggak perubahan bangsa. Di pundak-pundak mereka lah masa depan bangsa digantungkan. Pemuda sejatinya punya peran mulia, salah satunya adalah sebagai agen perubah. Tuntutan peran inilah yang mengharuskan para pemuda peka terhadap kondisi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Peran ini juga, yang menjadikan pemuda-pemuda di masa kemerdekaan dulu, tergerak untuk memikirkan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Hingga mereka pun berhasil menyusun sebuah ikrar, sumpah pemuda.

Namun, ternyata gelombang sistem kapitalisme liberal yang diterapkan di negeri ini rupanya telah menggerus idealisme pemuda hari ini. Pemuda seakan lupa dengan jati dirinya sebagai agen perubah bangsa. Ia secara tak sadar justru menjadi benih-benih perusak bangsa. Sering kita saksikan berita tentang kerusakan moral pemuda. Berbuat mesum, mencuri, membunuh, mengonsumsi narkoba, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.

Baca lebih lanjut

Dzulhijjah Ceria SDI Luqman Al-Hakim

DSCF4038.JPGKamis pagi di bulan Dzulhijjah. Tidak seperti sekolah-sekolah lainnya yang telah kembali aktif setelah libur Idul Adha, SDI Luqman Al-Hakim Bojonegoro justru menggelar acara Dzulhijjah Ceria hari ini, Kamis (23/8). Setelah melaksanakan shalat Dhuha berjamaah, siswa siswi SDI Luqman Al-Hakim berbondong-bondong menyaksikan penyembelihan hewan kurban di halaman sekolah.

Sebanyak 1 ekor sapi dan beberapa ekor kambing berhasil disembelih oleh pihak sekolah. Para siswa tampak antusias berkumpul mengelilingi hewan kurban yang akan disembelih, sambil berulang kali meneriakkan takbir Idul Adha bersama-sama.

Setelah selesai menyembelih hewan kurban, para siswa pun bersemangat untuk ikut memasak daging tersebut. Ada yang ikut menusuk sate, ada yang ikut membakar sate. Selain dimasak, sebagian daging hasil sembelihan kurban tersebut juga dibagikan kepada para siswa, guru, serta masyarakat sekitar. Baca lebih lanjut

Semarak Kemerdekaan di SDI Luqman Al-Hakim

SDISUARABOJONEGORO.COM – Dari tahun ke tahun, momen kemerdekaan selalu menghadirkan suasana ceria. Bulan Agustus selalu diwarnai oleh kerlap-kerlip lampu, kibaran bendera, serta aneka macam perlombaan. Tidak hanya warga di masyarakat desa maupun kota, para pelajar di sekolah pun tidak mau ketinggalan untuk turut merayakan momen bersejarah ini. Seperti yang dilakukan oleh siswa siswi SDI Luqman Al-Hakim Bojonegoro, Rabu (15/8).

Seusai menunaikan shalat Dhuha berjamaah, para pelajar SD Integral ini berkumpul di halaman sekolah untuk mengikuti lomba Agustusan. Berbagai macam perlombaan diselenggarakan oleh sekolah dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI yang ke-73.

Lomba-lomba yang diadakan antara lain adalah lomba membaca puisi, menggambar poster, lomba kelereng, estafet karet, memindahkan balon, dan tarik tambang. Selain itu, ada juga lomba kebersihan kelas. Baca lebih lanjut

Guru yang Tak Pernah Marah itu Bernama Buku

Saat duduk di bangku sekolah, mungkin kita pernah mengalami kesulitan dalam pelajaran tertentu. Sudah lah pelajarannya sulit, guru yang mengajarkannya pun galak. Berkali-kali dijelaskan masih belum paham juga. Inginnya menerapkan pepatah ‘malu bertanya sesat di jalan’, namun apa daya baru mau bertanya sudah kena ‘semprot’ duluan. Nasib nasib. Lengkaplah sudah penderitaan. Pupus sudah harapan awak untuk menjadi ilmuwan terkenal.

Cerita tersebut hanyalah salah satu ilustrasi yang mungkin sebagian orang pernah mengalaminya. Ketika seorang pelajar kesulitan dalam memahami suatu pelajaran, sedangkan ia takut untuk bertanya kepada gurunya. Maka, sampai kapanpun ia tak akan pernah paham jika ia hanya diam membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Bahkan, bisa jadi ia akan menganggap pelajaran tersebut sebagai ‘momok’ yang menyeramkan. Yang setiap kali ia jumpai di dalam soal ujian, ia pun akan beristighfar sambil menghembuskan napas dalam-dalam. Lalu berkata dalam hati, “Inilah saatnya menghitung kancing dan tengok kanan kiri.”. Baca lebih lanjut

Kartini, Tak Sekadar Kebaya dan Konde

Bulan April selalu identik dengan Hari Kartini. Tepatnya tiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati hari kelahiran pahlawan yang dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita, yaitu RA Kartini. Seluruh elemen masyarakat, mulai dari anak TK sampai orang dewasa bersuka cita menyambut Hari Kartini ini dengan mengadakan berbagai lomba serta kegiatan sosial. Dari seluruh perayaan yang diselenggarakan, ada satu kesamaan yang menjadi ciri khas dari momen Kartini ini, yakni kebaya dan konde.

Ibarat sebuah tradisi, budaya ber-kebaya dan ber-konde selalu dilekatkan pada wanita Indonesia, termasuk sosok ibu kita Kartini. Tak sedikit masyarakat Indonesia, terutama kaum wanita, yang sangat bangga ketika mengenakan kebaya dan konde. Seolah mereka telah menjelma menjadi sosok yang anggun, bermartabat, serta menjunjung tinggi nasionalisme. Hingga salah satu tokoh di negeri ini pun menciptakan sebuah puisi yang begitu mengagungkan konde sebagai warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Baca lebih lanjut