“Jika setelah menikah nanti harapan untuk segera memiliki keturunan belum terwujud, apa yang akan dilakukan?” tanyaku.
“Ikhtiar dengan konsultasi ke ahli dan berdo’a.” jawabnya.
Begitulah salah satu pertanyaan yang kuajukan kepada suami saat proses ta’aruf dulu. Aku sudah lupa, kenapa dulu aku mengajukan pertanyaan itu. Bahkan, setelah menikah pun aku sudah tidak mengingat-ingat lagi pertanyaan-pertanyaan ta’aruf itu.
Agustus 2015 kami menikah. Sungguh tidak pernah terbayangkan sebelumnya, menikah dengan orang yang berasal dari daerah yang sama. Namun, siapa sangka, ternyata setelah menikah kami justru tinggal di perantauan yang jauh dari kampung halaman. Ya, seminggu setelah menikah, suamiku mengajakku tinggal di Kalimantan. Bukan di kotanya, melainkan di pelosok hutan sawit. Itu karena sebelumnya memang suamiku telah bekerja di sana.
Baca lebih lanjut