Manusia Purba Abad Modern


Rutin, setiap satu tahun sekali, kaum muda-mudi tidak pernah lupa dengan satu peringatan penting (menurut mereka). Momen kasih sayang, begitu mereka menyebutnya. Ajang saling bertukar cokelat, bertukar kado dengan tampilan serba pink, bertukar bunga, serta bertukar uang (dengan para penjual cokelat, kado, dan bunga). Ketika ditanya untuk apa mereka melakukan itu semua? Mereka menjawab, “Biar nge-tren, biar gaul, biar eksis.” Tapi menurutku, tujuan merayakan valentine itu tidak lain adalah biar maksiat, biar dosa, biar menghabiskan uang, biar dibodohi oleh Barat, biar ngikut orang kafir, dah biarin aja mereka.

Intinya, sungguh terlalu lah mereka yang mengaku orang Islam, tapi masih PeDe merayakan valentine day. Karena sudah jelas bahwa valentine bukanlah berasal dari Islam. “Saya kan tidak tau, mbak.” Makanya, cari tau dunk… Searching di internet kan banyak penjelasannya. “Wah, di tempat saya ngga ada internet, mbak.” (dalam hati: katrok banget sih!). Tanya ke ustad atau ustadzah atau kyai atau ulama atau guru ngaji kan juga bisa. Gampang kan? Sesuatu yang gampang tuh ngga usah dipersulit. Termasuk ninggalin tradisi valentine, itu kan gampang banget? Tapi kenapa masih banyak yang enggan? Ya sudahlah, valentine sudah berlalu. Tau ngga? Hari ini (15/2) tanggal merah lho, jadi bisa liburan.

“Emang dalam rangka apa ya hari ini libur?”
“Mmm….. Ngga tau ah, yang penting kan libuuurr………”
“Kalo tanggal 1 Januari tuh libur dalam rangka apa sih?”
“Ya ela, gitu aja ngga tau, ya jelas tahun baru lah.”
“Kalo tanggal 17 Agustus?”
“Itu kan hari Kemerdekaan Indonesia.”
“Kalo tanggal 25 Desember?”
“Natal dunk, masa ngga tau?”
“Trus kalo tanggal 25 Januari?”
“Nah, itu ulang tahun saya, maklum kalo anda ngga tau.”
“Kalo tanggal 12 Rabiul Awwal tuh ada momen apa ya?”
“Mana saya tau? Apa pula itu Rabiul Awwal?”
“Pinjem KTP nya dunk…”
“Agama = Islam.”

Sepertinya surga akan lebih banyak dihuni oleh KTP. Karena banyak KTP yang tertulis beragama Islam, tapi ternyata pemiliknya ngga islam-islam banget tuh. Banyak orang Islam, mengaku taat, menjalankan shalat, komat-kamit baca shalawat, tapi ngga pernah absen berbuat maksiat, kelakuan bejat, ngga mau tobat, sampai kiamat. Hafal perayaan dari luar Islam, tapi pas ditanya hari besar Islam malah diam. Itulah realita muda-mudi saat ini, di era globalisasi yang katanya ngga pernah basi. Padahal tanpa mereka sadari, ini sudah kadaluwarsa alias jadul (jaman dulu) alias jambi (jaman biyen). Kebiasaan jahiliyah tuh sudah terjadi berabad-abad tahun yang lalu. Eh, sekarang malah mau balik ke masa lampau. Dasar manusia purba! (yang emosi berarti merasa).


Pacaran, seks bebas, hedon atau hura-hura, membuka aurat, itu kan kebiasaan jahiliyah. Sudah ngga jaman dilakukan di masa modern seperti sekarang. Bangga pacaran, bangga membuka aurat, sama aja kalian bangga menjadi Pythecantropus Erectus, Homo Sapiens, dan sejenisnya. Bangga menjadi orang-orang jahiliyah. Atas nama kebebasan, percintaan sesama jenis pun menjadi hal wajar. Bangga menjadi kaum Luth yang dilaknat Allah, bangga masuk neraka. Na’udzubillah!

Sampai kapan wahai saudara-saudariku, kalian tetap berbangga terperosok ke dalam jurang kemaksiatan? Tidakkah kalian ingin berubah? Mari, kubantu membersihkan dirimu yang penuh lumpur dosa. Kubantu menjadi manusia mulia, bukan manusia purba. Mari bersama-sama kita mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi. Agar kita bisa masuk surga bersama-sama. Malu dunk, masa KTP mu aja yang masuk surga?

[Zakiya El Karima]

2 thoughts on “Manusia Purba Abad Modern

Tinggalkan komentar